Cerita bagaimana saya bisa terjebak pada masalah kecanduan pornografi. Cerita yang mungkin serupa dengan semua pria pada umumnya, hanya tidak banyak yang berani menuliskannya.
Saya mengenal pornography dari kira-kira usia 10-12 diawali dengan keingintahuan seorang anak kecil akan dunia sekitarnya. Dengan bantuan hormon yang terus berkembang, saya mulai memperhatikan wanita-wanita yang ada di media cetak dan media televisi. Saya tidak persis ingat tetapi mungkin pada usia yang relatif sama saya mulai mengalami mimpi-mimpi yang ‘erotis’, kemudian saya mengerti bahwa itu disebut dengan mimpi basah, suatu fenomena pada anak-anak lelaki yang beranjak remaja. Dorongan-dorongan terus berlanjut….
photo by Greyson Joralemon – Creative Commons
Tidak lama berselang dari usia tersebut, saya mulai menemukan cara-cara untuk merangsang diri sendiri, melakukan masturbasi/onani. Saya belum mengenal pornografi pada masa-masa ini dan sepertinya dorongan-dorongan itu bukan lahir dari pikiran saya. Akal sehat saya sepertinya pada usia sekecil itu belum mengerti benar mengenai seks maupun berimaginasi mengenai seks. Saya rasa pada usia kecil itu dorongan-dorongan yang timbul lebih bersifat spontan atau hormonal.
Hari-hari serius ber-porno dimulai dari masa-masa SMP, usia sekitar 14-15 tahunan. Semua selalu dimulai dari pengaruh teman-teman, apalagi pada masa-masa belasan tahun seperti itu. Apa pun yang ditawarkan sepertinya belum ‘sah’ kalau belum dicoba. Beberapa teman yang ‘solider’ memperlihatkan serentetan gambar-gambar porno di komputer pribadinya di rumah. Pemandangan seperti itu bagi seorang bocah belasan tahun dapat menjadi sangat sangat menarik. Bertebaranlah Floppy Disk (Belum bisa burn CD dulu) diantara teman-teman kelas. Beberapa sudah lebih expert, bisa pergi sendiri ke kota dan membeli beberapa CD porno sekaligus untuk langsung di ‘quick-share’ dengan teman-teman.
Masa-masa ini saya semakin sering mengkoleksi gambar-gambar porno yang didapat dari teman-teman, semakin sering bermasturbasi dan sudah mampu berimaginasi hal-hal yang berbau seks. Herannya, sama sekali tidak ada rasa bersalah yang timbul di hati dan juga (sepertinya) di hati teman-teman yang lain. Pornografi kami pandang sama seperti ‘mainan’ seru untuk iseng-iseng selayaknya nintendo dan gamebot. Orang tua saya juga tidak pernah mengajak bicara mengenai hal-hal seksual, jadi saya tidak mengerti apakah baik atau tidak porn itu. Ke-naif-an anak muda saya rasa, tidak bisa berpikir benar atau salah, tapi secara naluriah sudah tahu rasa ‘malu’ kalau ketahuan sedang ber-porno. Mungkin seandainya waktu itu ada yang memberitahukan bahwa kecanduan pornografi itu salah, memberi penekanan keras larangan ber-porno, mungkin saya tidak akan serta-merta langsung stop tapi setidaknya saya akan lebih tahu bahwa saya itu sedang melakukan tindakan yang salah dan mungkin bisa dihukum.
Saya telah menerima Kristus, Dia mengubahkan saya dan membukakan berbagai macam hal yang merupakan sebab dan akibat dari kecanduan Pornografi. Saya ingin membagikan dalam blog ini untuk semua orang, terutama orang-orang muda. Karena akan terlalu panjang jika ditulis dalam satu artikel, maka cerita saya akan saya pisahkan menjadi beberapa topik dengan penekanan yang berbeda-beda.
Sampai ketemu di artikel pornografi selanjutnya.
Pak jerry. Kisah bapak persis seoerti kisah sy wkt msh keci.
bantu arahanaya pak admin tuk kalahkan pornogrfi
Berdoa berdoa berdoa pak didalam kuasa Yesus Kristus yang sudah menang atas dosa di kayu salib. Tidak ada jalan lain.
serius…!!! ini kesaksian betul2 “gw banget”… sy mulai kecanduan pornografi dari umur 13 tahun hingga sekarang umur 22 tahun masih terus berjuang untuk lepas. hampir setiap hari bisa dikatakan sy pasti jatuh dalam dosa ini (termasuk melalukan onani). dampak buruknya pun sy juga rasakan seperti susah konsentrasi ketika belajar dan memiliki pandangan dan pikiran yg “negatif” dan “kotor” ketika melihat lawan jenis. namun, hal yg paling menyiksa sy adalah RASA BERSALAH dan TERHAKIMI yg harus sy hadapi hampir setiap hari. sy tahu Tuhan tetap mengampuni sy tetapi ketika sy jatuh lagi, lagi dan lagi hal itu membuat sy jadi merasa seolah2 sy sudah mempermainkan Tuhan (dan hal ini SELALU menjadi celah bagi iblis utk menghakimi sy). hal yg membuat sulit adalah sy kuliah jurusan teknik komputer yg mengharuskan sy setiap hari harus berhadapan dengan komputer dan internet, dimana godaan itu selalu datang dan kadang sy berhasil tolak tp juga kadang gagal. sy sampai harus keluar dari pelayanan sbg guru sekolah minggu krn sy tidak merasa “nyaman” bahwa di sisi lain saya melayani Tuhan (terlihat seperti malaikat) tetapi di sisi lain sy masih terikat dgn dosa pornografi dan masih belum lepas secara total. melihat kesaksian pak Jerry ini membuat sy jadi bersemangat utk terus berjuang lepas dari dosa ini krn sy tahu ternyata sy tidak sendiri.