It’s only me and my older sister. Dia 3 tahun lebih tua dari dan sekarang tinggal di Norwegia dekat kutub utara dengan suaminya. Namanya Jossy Josephine, dia penulis artikel “Menikah Dengan Bule Ketemu Online” yang tidak pernah turun dari list top posts tiap bulan di blog ini.
Dulu kami dekat, tapi tidak dekat-dekat banget, tapi kami selalu bersama. Saya tidak pernah sepenuhnya mengerti dirinya, tapi kami main bareng, sama-sama melahap buku-buku di rumah. Waktu saya masih SD, dia selalu mengawal saya pulang naik kendaraan umum sampai saya cukup besar untuk bisa pulang sendiri.
Kami bukan yang selalu sepikir dalam setiap hal, selalu jalan sama-sama, tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. We’re different in many many ways, but we kinda know that we’re always gonna be together forever because of the blood in our veins…

That we just have to take care of each other somehow, and later, when our parents are gone.
Hubungan kakak-adik kadang bisa jadi hubungan yang paling rumit dalam hidup kita.
More than friends, but not best friends. Satu darah, tapi tidak sepikiran. Damned if you take care, damned if you don’t take care.
Bagaimana kamu mendeskripsikan hubunganmu dengan saudara-saudaramu?
Ketika kami mulai menginjak usia 17+, saya bisa merasakan hubungan kakak-adik tersebut mulai berubah..
It didn’t become bad. It didn’t become good. It just became different.
Otak 17+ kami sudah punya pikiran sendiri dan cara pandang sendiri akan semua hal, tidak mungkin bisa kembali seperti dulu lagi waktu kami masih usia 10-15 tahun.
She became a different person, and so was I.
And then she received Jesus Christ first before everyone else in the family. Hubungan jadi makin aneh lagi, karena kita nggak ngerti apa yang terjadi. Dia jadi aneh, jadi suka ngomong tentang Tuhan-Tuhanan dan suka kumpul-kumpul dengan teman-teman baru yang katanya “grup doa”. Freaks, said the old me.
Sampai dia berdoa dan berpuasa untuk kami semua, sampai akhirnya doanya terkabul dan 3 generasi keturunan semua bergabung jadi “aneh” dan ngomong Tuhan-Tuhanan sampai hari ini.
Tapi hubungan kakak-adik kami tetap berbeda. Ada masanya saya seperti orang yang tidak terlalu mengenal dia dan mencoba memahami cara berpikirnya.
But I learned, to start loving and caring, sometimes you don’t need to see the full picture.
I learned that not through good experiences, but rather from witnessing my selfish-theories broken by examples of love-in-action around me.
Kadang ketika mau menolong seseorang, kita punya terlalu banyak pertimbangan yang akhirnya membatalkan rencana kita sama sekali untuk menolong.
Ada kalanya pertimbangan-pertimbangan tersebut valid, tapi kalau kamu seperti saya, sebetulnya akar utama dari kebanyakan pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah KEEGOISAN dan bukan pertimbangan yang mulia atau didorong oleh Roh Kudus.
Dalam konteks hubungan kakak-adik (saudara kandung), pelajaran belakangan ini adalah untuk lebih mengabaikan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan lebih memberanikan diri untuk menolong dan mengasihi secara luar biasa.
Kadang kasih kita terhadap saudara sendiri bersifat “Cautious Love”. Kasih yang “berhati-hati”.
Yes, ada kasus-kasus yang memerlukan sikap seperti ini, misalnya kalau melibatkan narkoba atau self-destructive behaviors.
Tapi ada amat sangat banyak area lain dimana kita bisa menunjukkan kasih yang luar biasa secara aman kepada saudara kandung kita.
This is the way of The Lord. When God thinks it’s safe, He gives like crazy!
“Observe how Christ loved us. His love was not cautious but EXTRAVAGANT.” – Ephesians 5:2 MSG.
Mungkin Tuhan menciptakan konsep “siblings” sebagai “Workshop” untuk berlatih mencintai secara luar biasa dalam batas pagar pengaman yang masih familiar. I dunno, just my thoughts, because that’s what it looks like to me lately…
Again, I’m a student in this, following others who already understand it better from the Lord.
Putting logics aside, letting the heart decide.
Have you been loving your siblings extravagantly in your adult life? If “no”, then we’re pretty much in the same camp.
If you’re considering and want to try take the early steps, let’s do it together. When you decide in your heart, God will move “teachers of givers” to come into your life and show you how it’s done.
Let our ministry begin with our own brothers and sisters.
Observe how Christ loved us. His love was not cautious but EXTRAVAGANT.–> This hits me hard! learned the hard way about loving my siblings extravagantly. We are easily tempted to think we could just find another sibling in life who would fits us better but hey, God didn’t created us siblings to share the same blood for accident right? Thanks for sharing such crucial issue 🙂