Hei, this is Jossy again writing from Norway for Jerrytrisya.com. ini adalah artikel kedua lanjutan dari artikel yang pertama dimana saya membagikan kisah bertemu dengan suami saya yang berasal dari Norwegia, Marvin.
Di tulisan part 2 ini saya akan melanjutkan tentang goncangan yang terjadi setelah saya menikah. Sebaiknya membaca artikel part 1 dulu sebelum melanjutkan part 2 ini.
Waktu sepertinya berjalan dengan cepat dari sejak kita berkomunikasi jarak jauh sampai dengan pertemuan dan pernikahan. Semua seperti fairytale yang diimpikan semua wanita.
Tetapi secepat itu juga semua prinsip dan value yang kita pegang diuji…
Setelah pesta pernikahan, saya terbang mengunjungi Norwegia selama beberapa bulan untuk honeymoon dan bertemu dengan keluarga besar Marvin. Sebelumnya saya hanya bertemu lewat video call dengan mama dan kakaknya. Kali ini berkunjung secara langsung dengan status sebagai istri yang sah.
Setelahnya saya kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan saya. Rencana kami, saya akan pindah permanen ke sana dalam beberapa bulan setelah kepulangan ini.
Tetapi tiba-tiba, dalam bulan-bulan tersebut saya menerima kabar buruk bahwa suami saya kehilangan pekerjaannya!!
Photo by Aziz Acharki on Unsplash
This was a really big problem for us. Karena hal ini berarti suami saya tidak dapat memenuhi requirement yang ditentukan oleh bagian immigrasi Norwegia untuk men-support saya tinggal disana.
Rencana kami bersatu di Norwegia bubar berantakan!
Pemerintah Norwegia begitu ketat dalam hal ini, dimana suami saya harus mempunyai pekerjaan tetap dan penghasilannya harus memenuhi family immigration requirement yang cukup tinggi pada waktu itu.
Sedih dan shock, tapi tak mampu berbuat apa-apa. Hal ini berarti saya harus menunggu suami saya dapat pekerjaan baru dan memenuhi semua persyaratan yang diminta pihak imigrasi Norwegia.
Nasihat untuk yang sedang persiapan menikah dengan bule (pasangan dari luar negeri) : cek setiap persyaratan dokumen dan syarat-syarat imigrasi dengan benar-benar teliti!
Cek baik-baik! Tiap-tiap negara punya peraturan yang berbeda-beda. Ada yang gampang, ada yang ketat. Hal ini saya akan ceritakan lebih detail dalam artikel selanjutnya tentang Marriage and Culture Shock yang saya alami setelah saya tinggal disini.
Perekonomian Norwegia saat itu terpukul dengan harga minyak dunia yang menurun drastis dan begitu banyak perusahaan minyak besar merelakan angkatan kerjanya. Banyak proyek-proyek migas batal di tengah jalan karena hal ini.
Suami saya termasuk dalam golongan ini yang terpaksa kehilangan pekerjaannya. Sekitar lebih dari 10,000 orang dipecat dari industri. Penduduk Norwegia hanya 5 juta jiwa, dan banyak pendapatan mereka bergantung dari migas. So bayangkan s e p u l u h r i b u orang. Jumlah yang tidak sedikit.
Pernikahan long distance ini sangat tidak mudah buat saya. Tidak pernah terbayang bahwa kami akan terpisah dengan jarak yang begitu jauhnya diantara kita. Tidak hanya itu. Perbedaan waktu juga kadang menjadi masalah. Komunikasi menjadi hal yang crucial dalam hal ini, kami berusaha untuk tetap menjaganya baik.
Awal-awal long distance ini tidak mudah. Kami bertengkar, beda pendapat dan perbedaan culture menjadi ujian dari prinsip dan value kami. Karena ada beberapa hal yang menurut budaya eropa adalah hal yang biasa tetapi tidak biasa untuk budaya asia, atau setidaknya bagi saya.
Ada plus dan minus dari Long distance relationship yang saya bisa bagikan. Di satu sisi, plusnya kita menjadi selalu kangen dengan pasangan kita. Membuat janji atau pertemuan menjadi sesuatu yang sangat dinanti-nantikan. Pada saat kita bertemu membuat hati kita sangat gembira dan kita menjadi sangat menghargai waktu-waktu kebersamaan kita.
Hal minusnya adalah menghadapi yang namanya “perpisahan sementara”. Saya ingat saya menangis beberapa kali karena harus berpisah di airport. Tetapi suami saya selalu berusaha menenangkan saya bahwa ini hanyalah sementara. Setelah ini kita akan selamanya bersama.
Bayangkan hanya beberapa bulan setelah pernikahan, kami harus terpisah dengan jarak yang begitu jauh…sangat menyakitkan. Tetapi kami tetap kembali kepada komitmen kami dalam pernikahan.
Tidak ada ruang untuk “divorce”. Tidak ada dalam kamus kami.
6 tahun lebih lamanya kami jalani pernikahan seperti ini. We survived. We did it.
Tepat dua tahun yang lalu akhirnya saya bisa terbang ke Norwegia untuk bersatu dengannya, sampai hari ini kami masih bersama dan saya menulis artikel ini dari rumah kami di Bergen, Norwegia.
Season-nya Tuhan telah tiba untuk kita dan Tuhan membuka jalan buat kita dengan begitu luar biasa. Semua dibuat begitu lancarnya buat saya waktu kepindahan ke Norwegia. Visa didapat dengan sangat mudah dan ijin tinggal saya keluar hanya dalam waktu 2 minggu. Benar-benar mukjizat. Ingat selalu: Ada berkat yang besar jika kita bersedia menunggu waktunya Tuhan.
Melihat ke belakang, banyak pelajaran yang bisa ditarik. Satu, banyak hal-hal kecil dalam LDR membuat kita mudah curiga terhadap pasangan kita. Contohnya keluarga dan teman-teman sekitar kita akan mulai membicarakan atau menanyakan bagaimana dengan pernikahan kami atau suami kami. Dalam kasus saya yang dengan orang negara lain, banyak suara sumbang yang mengatakan kalau saya ditipu, kalau suami saya bohong dan mungkin sebenarnya sudah punya keluarga di sana, macam-macamlah. Sangat penting untuk dapat mem-filter semua hal-hal yang kita dengar karena hal ini menjadi sangat mudah bagi kita untuk mulai meragukan tentang hubungan ini. Tentunya kita juga jangan buta atau naif, kita harus pastikan sebelum hubungan dimulai sudah melakukan proper check.
Kedua, penting untuk berada dekat dengan teman-teman dan keluarga yang kita tahu men-support kita. Hal ini sangat membantu dan membuat kita tidak merasa kita sendirian atau kesepian. Bersama orang-orang ini kita bisa mencari kegiatan, topik pembicaraan atau pekerjaan yang kita senangi supaya kita tidak hanya memikirkan pasangan kita terus.
Ketiga, saya belajar untuk lebih mempercayai perkataan suami saya ketimbang perkataan dari orang lain yang tidak mengerti hubungan kami sesungguhnya. Sekali lagi, kita harus pastikan terlebih dahulu kalau kita benar-benar mengenali pasangan kita, tidak cinta buta. Dalam kasus saya, saya menemukan dan belajar bahwa suami saya tidak pernah berbohong mengenai apa yang terjadi di sana dan dia selalu menjaga perkataannya. Hal ini membuat saya tidak ragu.
Keempat, jangan terganggu dengan kecurigaan kecil yang dapat membuat pertengkaran yang tidak penting. Jika ada perbedaan pendapat, atau ketidak-setujuan, harus dibicarakan dan dicari jalan tengahnya yang terbaik.
Kelima, banyak berdoa dan membaca firman Tuhan akan membantu kita menjadi kuat dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan keluar dan kekuatan supaya kita bisa menanggungnya. Dasar yang dibangun di dalam Tuhan tidak akan mudah dipatahkan. Selama 6 tahun saya belajar yang namanya sabar. Menunggu bukan hal yang mudah. Tetapi saya tahu benar tanpa Tuhan saya tidak akan sanggup menjalani semua itu.
Loh kok message yg tertulis di sini, seperti yg saya dapatkan dari pengalaman pribadi ya? Belum menikah, bahkan belum jadian, meskipun suka sama suka…
Untuk poin no.1 (banyak hal-hal kecil dalam LDR membuat kita mudah curiga terhadap pasangan kita), saya perkatakan ke diri saya (dan kadang juga ke orang lain), apa yg Yesus katakan ketika Dia menenangkan badai: Diam, tenanglah!
Saya juga suka dengan passage 1 ini: “Ingat selalu: Ada berkat yang besar jika kita bersedia menunggu waktunya Tuhan.” Mungkin dalam masa-masa penantian ini, Tuhan pengen mendewasakan saya (sekaligus juga dia)…
Terharu… jadi inget LDR aku selama hampir setahun krn ngurus dokumen nikah yg ribet banget… selamat ya.. semoga bahagia selalu. GBU.
wah ceritanya membangun sekali, aku yang mau mulai ke jenjang pernikahan sama bule Amerika jadi dapat banyak tambahan pengalaman, terima kasih. GBU
Aku sudah 1 tahun pacaran dg bule australia.
dia sering mengunjungiku ke indonesia.
dia minta aku terbang ke kenegaranya untuk bertemu dg keluarganya. Keluarganya sudah ingin bertemu denganku.
tapi waktuku belum free untuk kesana.
hubungan jarak jauh sering mmbuat pacarku cemburuan. Kami kadang putus nyambung putus nyambung.
intinya bule pingin aq mngunjungi negaranya dan menemui ortu dan keluarga besarnya.
klo sdh begini, apakah bule benar2 serius ingin membina hubungan dengan saya??
Hi Kulsum,
Hubungan jarak jauh memang tidak mudah dan bisa menyebabkan pasangan cemburu tetapi kepercayaan bisa dibina dengan komunikasi yang baik.
Soal menemui orang tua dan keluarga besarnya adalah hal yang baik menurut saya untuk mengenal pasangan kita. Dengan berbicara pada orang tuanya atau saudaranya kamu akan tau bagaimana dia dibesarkan dan latar belakang keluarganya. Kamu juga bisa melihat bagaimana sikap dia ditengah keluarganya. Dengan ini kamu bisa menilai hubungan kalian ke depan. Apakah kamu bisa fit ditengah keluarganya? Apakah mreka welcome kamu? Hal2 seperti itu lebih baik kita tau sebelum pernikahan. Demikian pendapat saya. Semoga lancar dan Tuhan berkati
Sama banget ini saya juga pas udh nikah ama suami harus terpisah dulu sampai 2 tahun alasannya saya harus resign dulu dari status PNS kalau mau ngikut suami ke negaranya dan ngurusin resignnya itu ya ampyun yang harus bolak balik kesana kemari. Alhamdulillah skrg kami sudah bisa berkumpul bersama suami di New Zealand… btw saya juga dulu ketemu sama suami awalnya dari Facebook via Natgeo channel ketika kita saling berkomentar tentang Paus biru di pasifik dan komodo di Flores lama kelamaan jadi ngobrol panjang. Memang jodoh itu nggak disangka2…
Betul Lily. God bless ya di NZ
Waktu nunggu suami dapat kerja untuk agar dapat ijin tinggal di norway, kno ga buat visa working atau holiday visa saja?
Mba Josephine, apakah ada email pribadi yang bisa di hubungi? mau konsultasi seputar pernikahan dengan norwegian guy hehehe Thanks mba!
Hi Mbak Sari gmn proses nya… Saya mau nanya, jika calon sudah ngurus surat no impediment dari tax office nya Oslo, apakah surat tersebut perlu di legalisir oleh Kedubes inIndones di Oslo?
Apa langsung bisa di pakai submit ke KUA..
Share dong…
apa nama aplikasii nya
Apa nama aplikasi onlinemya?
aku sekarang sedang dekat dengan pria Ireland, perbedaan usia aku dengan dia sangat jauh 18tahun, dia menceritakan kehidupannya, dia kehilangan istrinya saat melahirkan anak keduanya. dan saat ini dia hanya memiliki putri yang berusia 11tahun.
bagaiman aku bisa menyikapi ini smua. ini merupakan hal yang baru buat aku.
Hi mbk Josephine salam kenal…
Saya Arini….
Btw kisahnya sama… Suami saya jg Norwegia… Kami naru menikah 2 bulan langsung LDR an… Skrng kami mau proses buat visa keluarga…
Bisa share dokumen apa såja yg di perlukan di indonesia mbk…
Kalo berkenan share saya sangan menghargai nya… Jujur saya rada bingung ngurus visanya
Ini no hp saya :0812-9344-4656
Terimakasih