Tulisan ini dibuat oleh penulis tamu Handy Kusuma dan Adeline Hermawan, kakak beradik yang aktif melayani sebagai pengurus komunitas Youth GBI Petamburan dan sering menjadi teman bicara kami mengenai topik-topik anak muda. Handy dan Adeline dalam pandangan kami adalah pasangan kakak adik yang kompak, suka melayani, rindu untuk bertumbuh dan saling mengasihi satu sama lain. Mereka akan membagikan cerita mereka tentang menjadi kakak adik yang saling mencintai, akur dan membangun berikut ini :
Sering sekali terdengar keluhan dari seorang anak tunggal yang rindu memiliki saudara kandung. Tapi kadang juga terdengar sebaliknya, mereka yang memiliki kakak atau adik bertanya-tanya kenapa mereka tidak terlahir sebagai anak tunggal saja.
Anak Tunggal berpikir jika memiliki kakak atau adik akan terasa lebih menyenangkan dan lebih seru karena punya teman berbagi. Namun untuk kakak- beradik, ketika mereka sedang diperhadapkan dengan situasi yang sulit (berkelahi) akan muncul pikiran “lebih baik tidak memiliki kakak atau adik, daripada ribut terus.” atau timbul pertanyaan “kenapa kakak atau adik saya tidak seperti orang lain?”. Jujur, pikiran tersebut pernah muncul dalam pikiran saya sebagai adik atau mungkin juga pernah terlintas dalam pikiran kakak laki-laki saya.
“Family is like music, some high notes, some low notes, but always a beautiful song.”
Handy and Adeline.
Quote tersebut sepertinya dapat mewakili seperti apa hubungan kakak-beradik kami. Walaupun sejak kecil kami sering diingatkan untuk jadi kakak adik yang saling mencintai (karena kami hanya 2 bersaudara) oleh orang tua, tapi selama perjalanan kehidupan, kami tidak selalu akur, tidak selalu kompak, bahkan kami juga pernah berkelahi hebat karena perbedaan pendapat. Namun seiring berjalannya waktu dan sampai saat diminta untuk membuat tulisan ini, kami semakin mengerti bahwa hubungan yang harmonis dalam keluarga bukan hanya diinginkan oleh orang tua kami tapi Tuhan sendiri juga sangat ingin melihat anak-anakNya hidup saling mengasihi.
Kami melihat ada beberapa hal yang melumerkan perbedaan diantara kami dan akhirnya mempersatukan kami :
Terbuka. Mengutarakan apa yang mengganjal dalam hati. Mungkin akan sulit dilakukan untuk kakak-beradik yang awalnya tidak terlalu dekat (seperti kami). Ada perasaan segan atau tidak enak. Namun, keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Walupun pada saat terbuka mungkin akan ada ketidak-sepahaman pikiran hingga berdebat, tapi dengan terbuka kita bisa saling mengkoreksi dan tidak menyimpan amarah. Dengan terbuka pula, kita bisa saling mendukung dan mengingatkan pada apa yang sedang kita lakukan atau alami.
“Thank you” dan “Sorry”. Awalnya kami tidak terbiasa mengucapkan terimakasih dan minta maaf. Namun menyebutkan “thanks” ketika kita meminta sesuatu / menerima sesuatu dan “sorry” ketika kita melakukan kesalahan itu juga bentuk dari saling menghargai. Walaupun kaku, tapi memang harus dilatih dan harus dibiasakan.
Tidak Perhitungan. Saling membelikan sesuatu dan tidak menghitung kembali atau mengingat-ingat apa yang sudah pernah diberikan atau seberapa besar/banyak pemberian kita. Kita diberkati dengan tujuan untuk memberkati. Sebelum kita memberkati orang-orang diluar, mulai lebih dulu untuk memberkati orang terdekat kita, yaitu keluarga. Misalnya, dengan membelikan makanan kesukaan atau mentraktir.
Hang-Out / Do something together. mempunyai ketertarikan yang sama bisa membuat hubungan kakak – adik juga semakin dekat. Misalkan, kami menyukai makanan dan memasak. It helps us a lot.
Firman Tuhan. The last but most important. Pengenalan akan Firman Tuhan akan menjadi pondasi yang kuat dalam hubungan. Pengudusan diri dimulai dari lingkungan keluarga, belajar taat dimulai dari rumah kita sendiri. Praktek sesungguhnya dari Firman Tuhan sebenarnya dimulai dari lingkungan terdekat kita.
Semoga tulisan ini dapat menjadi berkat dan bisa membantu teman-teman yang mugkin tidak terlalu dekat dengan kakak/adiknya tapi memiliki kerinduan untuk bisa membangun hubungan satu sama lain.
*header image courtesy of Capture Queen – Creative Commons
Stelah aku membaca ini, aku akan menjadi lebih baik untuk adik” ku, aku akan selalu menyayangi mereka. Amin
Thank’s
Hi Andri, thanks for the comment ya, semoga menjadi kakak yang makin berhikmat dalam membimbing adik2!