Tuhan bilang tidak baik manusia seorang diri saja. Kadang tidak selalu berarti manusia harus punya pacar atau pasangan. Kadang Tuhan berikan the next best thing, yaitu TEMAN SEMUSIM.
Marriage is not for everyone. Itu kenyataan yang dikonfirmasi oleh Firman Tuhan sendiri di Alkitab. Saya sendiri awalnya meragukan apakah seperti itu….tapi semakin lama saya merasa semakin yakin kalau ini memang kenyataannya di dalam Tuhan (dan betapa sulit untuk diterima kebanyakan orang).
Pertama-tama hal ini dinyatakan dengan keras oleh Tuhan Yesus sendiri:
“Not everyone is mature enough to live a married life. It requires a certain aptitude and grace. Marriage isn’t for everyone.” Matt 19:11-12 MSG Bible.
That’s a hammer. Penjelasan lebih dalam tentang ayat ini di Matthew Henry’s Bible Commentary berbunyi kurang lebih seperti ini (saya bantu terjemahkan):
“Yesus mengindahkan bahwa tidak menikah adalah sesuatu yang baik. Bagi saudara yang dapat menerima hal ini (tidak menikah), biarlah saudara tersebut menerimanya. Kristus mengijinkan apa yang para murid katakan “Lebih baik tidak menikah”, bukan sebagai keberatan kalau menikah itu dilarang, melainkan sebagai sebuah aturan bahwa kalau seseorang menemukan dirinya mempunyai karunia bertarak (“continence” dalam bahasa Inggris, arti: karunia menahan hawa nafsu, terutama seksual) dan tidak ada keharusan menikah, maka mereka akan hidup lebih baik sebagai seorang single.” – Matthew Henry’s Bible Commentary, Matt 19 section VI, click here to read the full commentary.
Lalu klarifikasi yang lebih jelas datang dari Rasul Paulus di 1 Kor 7:
“…celibacy (hidup selibat) is not for everyone any more than marriage is. God gives the gift of the single life to some, the gift of the married life to others.” – 1 Cor 7:7 MSG Bible.
Perhatikan disini (dan di berbagai terjemahan lain juga) Paulus menggunakan kata “GIFT” yang berarti KARUNIA dan menjelaskan bahwa ada orang yang terpanggil untuk tidak menikah seperti Paulus, dan ada mereka yang terpanggil untuk menikah atau memutuskan untuk menikah, dan keduanya memerlukan GIFT/KARUNIA untuk menjalaninya.
Jadi maksudnya Paulus adalah: Jangan berpikir salah satu dari dua pilihan tersebut (Single/Married) lebih enak dari yang lainnya. Dua-duanya sama berat, sampai memerlukan “GIFT” untuk menjalaninya.
Lebih tajam lagi: Jangan pikir menikah itu lebih enak, lebih bahagia, lebih maksimal atau lebih memuaskan dari hidup single!
Seringkali karena adat masyarakat, tekanan sosial atau over-hyped-media (movies, TV, music, etc), ada perasaan kalau hidup menikah itu lebih bahagia atau lebih “komplit” daripada hidup single.
Not the case.
All that love romance movies in your head….all that dreams of being kissed by the man or kissing the woman who will love you and make you happy forever…..I’m sorry to say, but they are not real.
Karena beratnya beban pernikahan dengan cepatnya akan menggilas habis segala “ilusi cinta pernikahan” yang ada di awal. Marriage means pressure. Saya pribadi sepenuh hati mengatakan ini dan Paulus dalam kata-katanya sendiri:
“…However, those who get married at this time will have troubles, and I am trying to spare you those problems.” – 1 Cor 7:28 NLT.
So to simplify understanding, let’s see Single Life vs Married Life as 50:50. Saya rasa ini mendekati apa yang Paulus maksudkan, bahwa keduanya sama berat dan perlu karunia.
Di masyarakat Indonesia saat ini? Rasio nya mungkin lebih mendekati seperti 20:80, dimana yang menikah lebih dianggap “berhasil”, “hidupnya baik/penuh” atau bahkan “normal”! Sedangkan mereka yang single dianggap “gagal”, “ada yang salah” atau “calon perawan/perjaka tua”.
I REJECT THAT AND SO SHOULD YOU!
50:50. Saya tidak sedang berusaha membujuk orang untuk tidak menikah…atau membujuk yang single untuk menikah. I’m inviting us to have A BALANCED VIEW of this topic, berdasarkan firman Tuhan di atas.
I think seseorang sangat perlu baik-baik menilik dirinya sendiri akan hal ini, apakah mindsetnya tentang pernikahan sudah benar atau tidak, kemudian mempertimbangkan situasi hidup/dirinya serta panggilan hidupnya di dalam Tuhan, sebelum memutuskan untuk menikah atau tidak.
Dan dalam tulisan ini, saya ingin mengangkat satu hal yang sangat spesifik:
Baik menikah atau single, Tuhan tidak akan biarkan seseorang sendirian menjalani hidup.
Tuhan tetap pada pikirannya ketika Dia berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”
Janji ini tidak hanya berlaku untuk mereka yang menikah.
Janji ini juga berlaku untuk mereka yang memilih untuk single di dalam Tuhan!
Ketika Tuhan bilang seseorang tidak akan seorang diri, Dia bermaksud persis seperti itu….bahwa manusia akan selalu diberikan pendamping, single atau married, entah dalam status suami/istri atau status lainnya.
Salah satu jenis pendamping selain suami/istri adalah TEMAN SEMUSIM.
Ini suatu konsep yang juga relatif baru untuk saya dalam beberapa tahun belakangan ini. Dalam lebih dari satu kesempatan yang jelas sekali Tuhan atur, saya diijinkan bertemu beberapa orang yang saling tidak mengenal satu sama lain, tapi semua sedang Tuhan bawa dalam “musim” kehidupan yang kurang lebih sama dengan saya.
Saya menyebut mereka “TEMAN-TEMAN SEMUSIM”.
Saya merasakan bagaimana Tuhan bisa membawa masuk orang-orang seperti ini ke dalam gambar kehidupan kita, dan mereka bisa dengan luar biasanya menjadi “partner-partner” yang satu pikiran, bisa saling menjawab pertanyaan, melengkapi “puzzle” serta saling mengkonfirmasi banyak hal.
Begitu banyak kesamaan peristiwa yang dialami, jalan-jalan pikiran yang ditempuh dan pergumulan-pergumulan yang serupa, sampai kita tahu kalau semua kesamaan itu tidak mungkin cuma kebetulan belaka.
They come out of nowhere but suddenly perfect fit. Compatible partners. Seperti sepatu kiri menemukan pasangan sebelah kanannya…mereka tidak “bersatu” seperti suami/istri, tapi berjalan berdampingan bersama-sama dengan erat dan kompak menempuh perjalanan yang sama.
Mereka ini lebih dari teman gereja, teman komsel atau teman rohani biasa. Hadirat Tuhan juga terasa lebih dalam dari normal untuk menjembatani komunikasi dan pikiran, mengarahkan segala momen dan pembicaraan untuk satu tujuan yang sama dan jelas: bertumbuh melalui pengertian dan action yang menghasilkan buah-buah Kristus nyata dalam kehidupan!
Mereka jarang sekali ditemui dan saya percaya adalah bagian dari perlengkapan “Karunia Hidup Single” yang Tuhan Yesus dan Rasul Paulus bicarakan di atas.
Divine Connections in the form of “Partners”, not “Lovers”.
Mereka bisa jadi hanya hadir satu musim bersama kita dan kemudian kita pergi memasuki tema-tema lain yang berbeda. Atau mungkin mereka stay dua musim, tiga musim atau tiga puluh musim. Tuhan yang tahu, Tuhan yang atur.
Intinya bukan untuk bersama selamanya, tapi saling hadir untuk melengkapi missing puzzle perjalanan hidup masing-masing dan untuk bertumbuh ke level yang lebih tinggi di dalam Tuhan.
Daud dan Yonatan. Paulus dengan Priskila dan Akwila. Rut dan Naomi. Daniel dengan Sadrach, Mesach dan Abednego. Beberapa contoh Teman-Teman Semusim yang mempunyai “instant-divine-connection” untuk bisa melalui musim-musim kehidupan yang mirip bersama-sama.
I feel a huge relief knowing this! To know that my fellow single workers in Christ also have the same promise as I am!
Entah kenapa saya merasa lega sekali ketika menyadari semua hal ini, untuk mereka yang terpanggil/memilih untuk tidak menikah di dalam Tuhan!
Saya merasakan betapa adilnya Tuhan. Betapa balanced-nya konsep ini dan mereka yang tidak menikah tidak melewatkan satu pun janji Tuhan, seperti mereka yang terpanggil/memilih untuk menikah!
I think this is one the greatest comfort God can give to any person, when they are thinking about getting married or not in the Lord. Tidak perlu takut untuk tidak menikah – kalau memang itu yang Tuhan berikan sebagai karunia – karena Dia memberikan janji yang sama seperti kepada mereka yang menikah.
I hope you can share what I feel about this, I hope this speaks to you and you feel comforted in whatever decision you make in your life with God! God bless you.
This is wonderful reflection and truly encouraging. How great is the wisdom of our God and when his wisdom is revealed to us it enlightens and brings joy and hope to us. Terima kasih sdh membagikan refleksi ini. Saya meyakini hal yang sama marriage and single is 50:50 each has its joy and responsibility. Each has its own blessings and cross. But thank God, whatever it is our God is caring and faithful that he will not let us who abide in him to be lonely.
Artikel ini sungguh memberkati dan mencerahkan. Terima kasih sudah menuliskannya.