Pernikahan saya dan Trisya baru saja melewati 10 tahun di 2018. Tadinya saya pikir akan merasa bangga atau hebat bisa melewati angka pernikahan 10 tahun, tapi ternyata tidak persis plain vanilla seperti itu.
Marriage is never plain vanilla. Never just one flavor.
It’s a mixed feeling. Antara perasaan bersyukur bisa “survive roller coaster” sampai sepuluh tahun, perasaan bahagia bisa kompak hidup bersama dalam Tuhan…dan ada juga perasaan under-achieve, dalam arti banyak hal-hal sampai 10 tahun masih belum ada kemajuan berarti…
In that moment of celebration, I realized 10 years is actually SHORT!
10 tahun adalah 87.600 jam, 3.650 hari, 5.256.000 minutes. Dalam pernikahan, angka-angka itu menguap begitu saja cepatnya!
Dulu waktu masih sekolah atau single, 10 tahun rasanya banyak. Feels like you could learn or do a lot of things in 10 years. Kita lulus SMP atau SMA dalam 3 tahun, lanjut kuliah 3-5 tahun kelar langsung kerja. Life and learning feels fast for youths.
That’s why many youths live in illusion. They think life is plug-and-play.
Not real life. Not adult life. Especially not marriage life.

Really quickly, I’ll share my lessons from these 10 years of (roller coaster) marriage:
1. Ada pelajaran-pelajaran yang sampai 10 tahun pun belum bisa dikuasai.
Gak usah rohani, dalam dunia kerja saja saya masih terus merasakan growth setelah 10 tahun berkarir di bidang keuangan. Ada beberapa keahlian-keahlian khusus dan naluri yang baru bisa “ngerti” dan “nangkap” setelah 10 tahun.
Apalagi dalam pernikahan. Merayakan anniversary, saya merasa masih belum bisa memahami istri saya 100% walau sudah menjalani pernikahan 10 tahun bersama. Isi pikiran, bahasa hatinya, cara pandangnya akan hidup dan sekitarnya…..10 years and I still don’t get it sometimes….
Hear this from me: Dalam urusan memahami pasangan hidup, 10 tahun baru mengorek permukaannya saja.
For singles and youths: people change A LOT in 10 years. The person you marry today can CHANGE into total stranger in 10 years. Only God can have 10 years view, so be smart, trust your feelings LESS and pray to Him MORE for serious guidance.
2. You (actually) learn very little in 10 years.
Sains sudah menemukan bahwa sekalipun tubuh manusia sudah tidak bertambah tinggi sekitar usia 20an, tapi otak manusia tidak berhenti berkembang jauh sampai menjelang usia tua!
Penetapan usia 21 sebagai usia “dewasa” sebenarnya konyol luar biasa, karena ternyata banyak sekali bagian-bagian otak kita yang belum “matang” di usia 21.
Contohnya ditemukan bahwa bagian otak pria yang bertanggung-jawab untuk membuat keputusan perilaku rasional (tidak mabuk-mabukan, melakukan kekerasan atau kekonyolan, dll) baru mencapai kematangan di usia 25. More shocking, ditemukan bahwa Social Skills manusia baru mencapai kematangan di sekitar usia 30an dan kemampuan konsentrasi otak baru mencapai puncaknya di usia 43!
That partially explains why I feel I have achieved very little in 10 years of marriage. Ada banyak sekali kemampuan-kemampuan manusiawi lain – terutama non akademis – yang masih belum matang di usia kira-kira pasangan mencapai 10 tahun pernikahan (30ish most likely).
Yesus berkata di Matthew 19:12, “…if you’re capable of growing into the largeness of marriage, do it.” Now I know why He said “largeness” is also because human brain is so small and matures slow!
For singles and youths: Don’t trust your “young” brain. Ujilah segala sesuatu (1 Tes 5:21).
3. Bukan cuma otak, tapi manusia pada umumnya tidak bisa berubah dengan cepat.
Manusia tidak pintar menerima perubahan yang mendadak. Baik secara fisik, mental maupun spiritual. Dari fakta sains otak di atas saja sudah jelas kalau kita bukan makhluk yang didesign untuk bisa menerima perubahan dengan cepat.
That’s why God often works slowly, not instantly. Bukan karena kelemahan Dia, tapi lebih karena kelemahan kita.
Evil tries to make humans go faster and faster…because he knows IT WILL BREAK US dan akan semakin menjauhkan kita dari mengenali pola kerja Tuhan yang sesungguhnya.
For singles and youths: Hope on “instant” or “supernatural” things, but keep it healthy. Karena di balik setiap mukjizat yang paling instan sekalipun, sebetulnya tetap ada proses yang berjalan sebelumnya. Miracles take time, take process.
4. Sex is overrated, intimacy is underestimated.
Salah satu ilusi orang muda adalah mengira kalau sex itu sesuatu yang sangat luar biasa, kenikmatan besar dari berhubungan badan yang meledak-ledak sampai tidak tertahankan.
Sebetulnya itu hanya imajinasi dunia porno. A big over-promise.
Sex is over-rated. Terlalu diagung-agungkan, terlalu ditinggi-tinggikan.
Yang sebenarnya memberikan kebahagian paling besar adalah KEINTIMAN, BUKAN SEX.
Kalau sex berarti kebahagiaan, maka orang paling bahagia di dunia adalah bintang film porno. We know that’s not true.
Yang membuat bahagia adalah keintiman mendalam antara seorang pria dengan seorang wanita yang membuat hati mereka bisa bicara bahkan ketika sedang duduk diam berduaan.
Sex adalah keintiman, tapi keintiman bukan cuma sex.
Dunia punya banyak sekali guru-guru sex, tapi sedikit sekali guru-guru keintiman.
For singles and youths: learn intimacy MUCH MORE than you learn sex. God will give you someone you can connect spiritually and personally. Personality is more important than sexuality.
5. Mengelola keuangan ternyata jauh lebih sulit, walaupun saya bekerja di dunia keuangan.
Ternyata Tuhan memperhatikan cara kita mengelola uang dengan sangat seksama, seperti seorang profesor memperhatikan bakteri di bawah mikroskop.
Karena Tuhan tahu apa yang kebanyakan perencana keuangan juga tahu: bahwa isi hati orang bisa dilihat dari perilaku finansialnya. Melihat pola pengeluaran kita, Tuhan tahu dimana hati kita sesungguhnya berada (Lukas 12:34).
Sekalipun saya sudah bekerja di dunia finansial lebih lama dari saya menjadi orang Kristen, tetap saya terjebak dalam godaan uang yang akhirnya bikin masalah sampai uang saya habis. Karena saya sempat terjebak berpikir bahwa yang penting tahu caranya “mengembangkan” uang.
Dan ternyata bom masalah finansial daya ledaknya besar. Bukan cuma meledakkan dompet pribadi, tapi efek ledakannya bisa sampai ke keluarga besar, pernikahan, anak-anak, teman-teman dekat bahkan dalam beberapa kasus besar sampai melibatkan tetangga sebelah rumah.
Teman dekat saya, Daniel Tjhie, juga sangat setuju akan hal ini karena dia telah melalui badai keuangannya sendiri dan membagikan cerita bagaimana dia melewatinya.
For singles and youths: ember bocor tidak akan pernah penuh sekalipun diisi terus. Mulai dari belajar mengkontrol pengeluaran dengan baik. Baca tulisan “Kontrol Pengeluaran” ini. Manage your expenses, God will manage your income, karena Tuhan tidak mau mengisi ember yang bocor.
Sebetulnya masih ada beberapa pelajaran lain dari perjalanan pernikahan 10 tahun ini, tapi saya berhenti di sini dulu. Let me know if you want me to share the rest. I hope this already impact you. God bless!
Materinya bagus. Msmberkati saya. Thanks ya.
Thanks for sharing ko sangat memberkati terutama untuk yang belum menikah seperti saya godaan terberat memang mengatur keuangan, karena merasa masih sendiri jadi semau gue..it’s totally wrong..
“Yang membuat bahagia adalah keintiman mendalam antara seorang pria dengan seorang wanita yang membuat hati mereka bisa bicara bahkan ketika sedang duduk diam berduaan.”
“Dunia punya banyak sekali guru-guru sex, tapi sedikit sekali guru-guru keintiman”
These words are priceless!
“Let me know if you want me to share the rest.”
Lanjutkan, koh!