Life will take you forward. If you don’t want to move forward, life will pull your hands and drag you to the street. Life is really nasty sometimes.
Entah seperti saya yang usaha ayahnya bangkrut, atau melalui kematian orangtua seperti penulis kami Novi Kurniadi, atau malah orangtua yang paksa-paksa suruh cepat nikah, teman-teman yang terus maju dan bikin kita merasa ada yang salah, situasi menjepit yang memaksa kita untuk tidak duduk lagi, bangun dan melakukan hal-hal yang mungkin awalnya kita tidak suka atau the old classic pusher: need money.
Tanpa perlu disuruh, hidup akan bergerak maju.
Satu hal penting yang perlu disuruh adalah MELIHAT KE BELAKANG.
To stop, to pause, to rest and reassess.

Kita bisa hidup dalam kecepatan tinggi seperti apapun, tapi kalau kita tidak pernah benar-benar memberi waktu melihat ke belakang, we are in danger.
Ada banyak reminder, tapi salah satu yang paling berbahaya adalah kalau kita lupa alasan pertama kita bergerak.
Tidak selalu, tapi cukup sering alasan pertama kita bergerak adalah alasan yang paling murni.
Awalnya kita hanya ingin melayani Tuhan, membahagiakan si perempuan cantik yang kita nikahi, membantu seorang teman atau saudara, membantu penghasilan orangtua, menopang pendapatan suami atau sekedar mencari makanan untuk disajikan di meja.
Ini alasan-alasan yang seringkali murni, datang dari hati yang sederhana dan lurus.
Namun seperti banyak hal lainnya, dunia seringkali berhasil mengotorinya. Iblis selalu mencari mereka yang berhati sederhana dan lurus untuk dibengkokkan.
Tiba-tiba keinginan melayani Tuhan tersebut menjadi ambisi untuk mencapai angka 5,000 jemaat anggota.
Yang tadinya ingin membahagiakan keluarga menjadi keinginan untuk mencapai title direktur sebelum usia 40.
Tadinya ingin lihat makanan di meja jadi ingin lihat Mercedes-Benz di garasi.
Cukup sering saya ngobrol dengan sesama pria atau suami dan sharing kalau kita lupa kenapa pada awalnya kita bekerja. Kita lupa untuk apa semua sibuk-sibuk, stress-stress ini…
Saya yakin perempuan juga punya moments seperti ini…I will ask someone to write about it. Maybe you can share?
Sabat di Alkitab (Kel 20:8) adalah konfirmasi terbesar bahwa kita perlu selalu ambil waktu untuk diam, duduk dan melihat ke belakang hidup kita.
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” – Kel 20:8.
Kemudian peringatan Tuhan untuk gereja Efesus di Wahyu 2 akan kasih mula-mula yang padam juga menjadi peringatan kita untuk mengingat kenapa kita melakukan sesuatu pada awalnya.
“Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” – Wahyu 2:4.
Keeping it simple today:
DO YOU REMEMBER WHY YOU MOVED THE FIRST TIME?
WHAT HAS CHANGED?
WHAT’S REALLY CHANGED?
DO YOU EVEN REALIZE WHAT’S CHANGED?
amin….makasih