Ini isi dua minggu pertama saya di 2019, sebelum ngomong tentang renungan awal tahun:
- 2 anggota keluarga besar meninggal dunia karena sakit.
- Saya harus mengecewakan beberapa orang di awal tahun karena saya harus memilih prioritas sehingga tidak bisa melakukan apa yang direncanakan.
- Tantangan pekerjaan baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Berat, tapi Tuhan berikan sebuah keberhasilan yang tidak diduga di awal Januari!
- Bertemu banyak sekali orang-orang baru. Saya awalnya kuatir tapi ternyata mereka jauh lebih baik dari yang diduga!
- Sibuk persiapan proyek buku peringatan 10 tahun jerrytrisya.com (yes, we’re making a book, limited printing!) Exciting!!
That’s mine. Gimana 2 minggu pertamamu sejauh ini?
For me it’s a roller-coaster! Of stress, challenges, but also blessings and joy!
Is that 2019 going to be like, a mix of joy and sorrow? I think so.
Hasil Survey Pembaca
Indikasi yang sama juga sepertinya terlihat dari survey pembaca yang dilakukan sebulan terakhir tentang perasaan menjelang 2019, coba baca ini:
- 53% merasa 2018 tahun penuh ujian, tapi 55% memasuki 2019 merasa semangat, optimis dan positif.
- 31% merasa 2018 tahun penuh berkat, tapi 34% memasuki 2019 dengan rasa keraguan dan ketakutan.
Again, what a mixed feelings!
Selain itu juga, “kurang disiplin” menjadi masalah #1 pertumbuhan rohani dalam survey pembaca yang sama, diikuti oleh “kesulitan melawan godaan tertentu” dan “kesulitan berdoa, mendengar suara Tuhan”.
Pegangan yang kuat! 2019 bisa jadi roller-coaster suka dan duka!
Survey pembaca ini masukan besar untuk sebuah renungan awal tahun, ditambah pengalaman 2 minggu pertama diri sendiri dan perjalanan orang-orang di sekitar saya…rasanya melengkapi pesan yang saya tangkap sebelumnya kalau 2019 It’s Not About Me!
Beberapa hal yang saya katakan ke diri sendiri, semoga bisa menjadi sebuah renungan awal tahun untukmu juga:
1. Jangan Salah Cari Pegangan
Kalau naik roller coaster harus pegangan. Remember one thing: Pegangan yang mantap itu BUKAN dirimu!
Kita mungkin punya penyakit yang sama – pas lagi bagus kita “pegangan” sama Tuhan, tapi begitu situasi menjepit, kita langsung pegangan pada diri sendiri.
Pas krisis kita sering lepas tangan Tuhan dan memilih pegangan pada kepintaran analisa kita, data-data, pengetahuan dunia, pengalaman atau feeling kita yang sebenarnya tidak bisa dipercaya,
I think – I’m scared to say this myself – this will be the year where we’ll be seriously tested.
2. Belajar Mengatasi Suka Dengan Benar
I’ll be honest here, kadang ketika saya berhasil mencapai sesuatu, I feel like I’m on top of the world. Winning is so addictive people say.
But I soon learned that winning is LONELY. Bahkan seringkali kemenangan berubah jadi batu sandungan bagi dirinya sendiri.
Tuhan pun setuju dan mengatakan bahwa tidak ada gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya (Markus 8:36).
Renungan awal tahun saya adalah mencoba lebih mengendalikan diri di 2019…..menyimpan sukacita kemenangan baik-baik dalam hati, untuk persiapan ketika dukacita datang…
“Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya” – Pengkhotbah 7:14.
3. Belajar Mengatasi Duka Dengan Benar
Dan pastilah dukacita akan datang bergantian dengan sukacita. Maybe more than usual di 2019?
Winning is lonely. A wisdom quote says “I learn more when I fail than when I succeed”. Billy Graham menuliskan lebih baik:
“Mountaintop are for views and inspiration, but fruit is grown in the valleys.”
“Puncak gunung bagus untuk pemandangan dan inspirasi, tapi buah dihasilkan di lembah”.
Biar 2019 jadi tahun kita belajar untuk bertumbuh melalui dukacita juga. This concept is true and we can be sure of, confirmed by James 1:2-3…..
“anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan…..ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan”.
4. Belajar Untuk Bangun Pertahanan Yang Kuat
Defense is the best offense. Pepatah olahraga ini kadang cocok dengan kekristenan yang mengajarkan untuk memberikan pipi kiri ketika pipi kanan ditampar, berjalan dua mil ketika diminta satu mil. Kekristenan seringkali menang bukan karena strategi “Attack” yang kuat, tapi strategi “Defense” yang sabar dan konsisten.
Pertahanan seringkali lebih sulit dibangun karena membutuhkan disiplin dan pengendalian diri yang kuat, sedangkan menyerang lebih membutuhkan kecepatan dan kekuatan.
Belajar untuk meng-handle sukacita dan dukacita dengan baik di dalam Tuhan pada akhirnya akan membangun sebuah tembok pertahanan yang kuat dan solid, tahan banting ketika diguncang-guncang.
“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku.” – Filipi 4:12.
5. Jaga Stamina. It’s A Marathon, Not A Sprint.
Selain disiplin dan pengendalian diri yang kuat, membangun pertahanan juga seringkali membutuhkan stamina yang panjang.
Kita pernah lihat atau dengar petinju yang mematikan di ronde-ronde awal, tapi kemudian kehabisan nafas di ronde-ronde belakang. Lawannya menghancurkannya dengan STAMINA.
Christianity is a marathon, not a sprint. Bukan cuma tentang kesembuhan instan atau mukjizat, tapi lebih tentang ketahanan dan ketaatan dalam jangka panjang.
Bahkan sebenarnya, mukjizat kadang menjadi indikator dari iman yang lemah.
“Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” – Yoh 4:48.
THIS YEAR IS A MARATHON. JAGA DIRI DAN ENERGIMU BAIK-BAIK DENGAN MENJAGA APA YANG ROH-MU KONSUMSI, APA YANG MATAMU LIHAT DAN LIDAHMU KATAKAN.
“tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” – Yoh 10:38.
“Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! l Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.” – Matius 11:23.
Semoga renungan awal tahun ini mempersiapkanmu dengan baik untuk 2019!
Feeling blessed!!
Saya sendiri di tahun 2018 merasa sering melepaskan tangan Tuhan, bahkan hubungan pribadi dengan Tuhan juga terasa hambar dan saya merasa jauh dari Tuhan. Alhasil, ketika saya berjalan dengan kekuatan sendiri, saya menjadi sangat sulit mengendalikan diri. Saya menjadi sangat emosional dan cepat sekali marah. Dengan begitu banyak nya hal yang tidak baik terjadi akhirnya saya menyadari bahwa saya sudah terlalu jauh meninggalkan Tuhan ( feeling saya). Di awal 2019 ini saya ingin kembali mengingat komitmen saya terhadap Tuhan dan memulai lagi hubungan pribadi yang lebih taat lagi.
Terima kasih renungan nya kak. Sangat memberkati saya supaya tidak salah mencari pegangan ke depan nya.
Awal tahun 2019..
Melelahkan.. pengen nangis sejadi jadinya…
Awao 2019 yang penuh dgn airmata tapi mungkin sudah jalan Tuhan untuk lebih baik #sayakuatkarenatuhanbesertasaya
Hit the bulls’ eyes for me. Just what I need to read. Thank you.