Jerry bertanya: “Apa mencari keamanan hidup motivasi menikah mayoritas perempuan ya?”
Trisya menjawab: “Yep sepertinya sih begitu, karena sebagian besar perempuan dididik untuk jadi istri yang tinggal di rumah dan mengurus keluarga, jadi motivasi menikah mereka mementingkan keamanan….”
That sounds reasonable to be honest, dari obrolan saya dengan istri di atas.
Kalau perempuan sebagian besar memang dibesarkan untuk menjadi “the inferior being”, maka masuk akal untuk makhluk yang lebih lemah untuk mencari keamanan, right?
Tapi saya dan istri kemudian melanjutkan percakapan dan bertemu di bagian ini:
Menjalani hidup yang senantiasa mencari keamanan itu susah sekali lho…

A security-seeking life is not a nice life at all.
Pikiran bawah sadar kita sering berpikir: hidup yang aman berarti hidup yang bahagia.
Benarkah begitu? Keamanan berarti kebahagiaan?
We disagree. Saya dan istri datang dari keluarga yang pernah mengalami susah…ayah saya mengalami kebangkrutan yang hampir membuat saya putus sekolah, Trisya mengalami masa ketika orangtuanya harus membagi sepotong daging untuk makan 5 anggota keluarga.
Kami pun dulu waktu menikah karena dipersatukan Tuhan juga tidak punya apa-apa. Bahkan pada hari pernikahan kami, di dompet hanya punya uang Rp200.000 dari teman yang titip angpao. Setelah menikah, kami mengembalikan semua angpao ke orangtua dan memulai dari nol bersama.
Hari ini, kondisi kami sudah lebih baik. Menjalani panggilan hidup dari Tuhan, begitu banyak pemeliharaan telah kami terima. Situasi kami tergolong lebih aman dibandingkan dulu.
So we know insecurity as well as security…
Pertanyaannya, mana yang lebih bahagia?
Jawabannya menurut kami: TIDAK DUA-DUANYA.
Karena sepertinya KEAMANAN DAN KEBAHAGIAAN TIDAK SELALU BERGANDENGAN TANGAN.
Belakangan kami sering mendengar cerita-cerita tentang istri yang selingkuh. Mereka istri-istri yang aman secara materi, tapi kok masih saja selingkuh, sebagian besar mengindikasikan karena haus kasih sayang….
Dari situ saja sudah clear kalau mencari keamanan materi sebagai motivasi menikah……is a very bad idea.
Karena untuk seorang wanita, sebetulnya keamanan yang mereka cari bukan hanya keamanan materi, tapi juga keamanan kasih sayang.
Sayangnya seringkali keamanan materi justru malah merampok keamanan kasih sayang.
Karena memang mamon (harta,uang) adalah penjerat hati.
Mamon bukan hanya menjerat hati manusia menjauh dari Tuhan.
Tapi mamon juga menjerat hati suami menjauh dari istrinya dan hati istri menjauh dari suaminya.
Kadang hasilnya ada pernikahan yang suami dan istrinya saling memanipulasi satu sama lain untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
Istri mencereweti suami dan minta dibungkam dengan “uang jajan” yang besar supaya dia bisa mencari kesenangan. Suami yang beralasan “aku sudah cari uang” untuk melarikan diri dari kewajiban merawat istri dan kewajiban untuk ambil bagian dalam membesarkan anak-anaknya – kadang sikap ini disertai dengan tingkah arogan dan menekan istri.
Ada lagi pernikahan yang menggunakan seks sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan sesuatu, terang-terangan atau terselubung.
Dalam bentuk yang ekstrem, ada pernikahan yang menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu. Kekerasan bisa berbentuk fisik atau bisa juga berbentuk verbal seperti memaki, memarahi, mem-bully pasangannya atau mengangkat dosa masa lalu.
Sedihnya pernikahan-pernikahan yang seperti ini. Seringkali bermula dari motivasi menikah mencari keamanan yang kelihatan “wajar”, tapi lalu berkembang menjadi buah-buah kebohongan, manipulasi, tipu daya, kedengkian, dll.
Pada akarnya, mencari keamanan hidup adalah mencari mamon.
Dan Mamon adalah pencuri. Dia datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan (Yoh 10:10).
Mencuri hatimu, hati pasanganmu, membunuh pernikahanmu dan membinasakan keluargamu!
Alkitab sudah jelas mendeskripsikan apa saja buah-buah keinginan daging.
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” – Galatia 5:19-21
Kalau keamanan materi masih menjadi salah pertimbangan utamamu mencari jodoh, you should drop it.
Take this advice: “…walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” – Lukas 12:15.
I’ll stop here so we can reflect about this…
Thank you so much for this beautiful heart warming article, Mr Jerry. I was in a deep worry because of this matter before. Until I read this and feel blessed.
Thank you so much for inspiration, Pastor. God Bless You
Thanks buat artikelnya sangat memberkati..Godbless.
Thanks buat artikelnya sangat memberkati.Gbu
Thank you for this article..I am blessed..