“Tuhan pasti mengerti kalau kita sedang susah,” kata seorang hamba Tuhan, yang langsung saya sambut dengan anggukan pelan. Jelas Dia Allah yang peduli.
“Kalau sedang krisis ya nggak papa lah nggak usah memberi perpuluhan.”
Kali ini saya tidak ngangguk.
Karena saya tahu orang tua saya justru mulai memberi perpuluhan ketika krisis melanda!
Tahun 2008, perusahaan percetakan tempat almarhum Papa bekerja selama hampir 30 tahun akhirnya gulung tikar. Semua karyawan, termasuk Papa, kena PHK. Saya baru akan lulus SMA dan lanjut kuliah, sementara adik baru akan lulus SMP.
Kata Papa saya waktu itu, membiayai kami berdua tampaknya mustahil. Lebih mungkin memilih salah satu. Tapi….adilkah?
Dalam keadaan seperti inilah, Papa dan Mama memutuskan untuk tetap setia memberi perpuluhan kepada Tuhan. Hasilnya?
Awal tahun 2009 saya dapat beasiswa penuh 100% meliputi biaya pendidikan, akomodasi, makanan sehari-hari, bahkan transportasi di sebuah universitas Kristen di Tangerang. Papa dan Mama bisa fokus membiayai pendidikan adik saya yang masih SMA hingga lulus pada tahun 2012!
Lalu adik saya diterima di sebuah universitas Kristen di Surabaya melalui jalur prestasi dan berhasil mendapat beasiswa SPP 100%. Kami hanya perlu bayar biaya SKS-nya saja!
Ini sebabnya saya tidak mengangguk pada perkataan hamba Tuhan tadi.
Dan masih berlanjut. Kali ini tahun 2013, Mama berhenti dari tempat kerjanya. Sebulan kemudian, Papa meninggal dunia. Dua bulan kemudian saya lulus, langsung kerja dan menjadi satu-satunya orang berpenghasilan tetap di dalam keluarga.

Adik masih semester 3. You can see where this is going right… Saya berubah menjadi tulang punggung pencari nafkah keluarga, menghadapi krisis ekonomi tanpa kehadiran Papa…
Tapi kami sekeluarga masih sepakat untuk tetap memberi perpuluhan kepada Tuhan, menjadikan Dia prioritas dalam pengeluaran keluarga kami.
Tahun 2014, kira-kira pas setahun setelah Papa meninggal, kami sangat gelisah. Uang kuliah adik saya belum dibayar. Due date-nya kurang dari seminggu lagi, kami tidak punya uang lagi. Tanggal gajian masih jauh, tapi kalau pun bisa terima gaji lebih awal, tetap jumlahnya tidak akan cukup. Hidup bukan hanya tentang bayar kuliah, kan?
Tapi Tuhan menggerakkan hati seorang pendoa yang tidak kami kenal sama sekali, tapi sempat diajak sepupu saya melayat di rumah duka ketika Papa meninggal. H-2 sebelum due date pembayaran uang kuliah, dia mentransfer sejumlah uang ke sepupu saya untuk diberikan pada kami sekeluarga. Jumlahnya? Persis sejumlah uang kuliah yang adik saya yang belum dibayar itu!
2008. 2014. Dua krisis. Tetap setia perpuluhan. Tuhan tolong luar biasa.
Ini bukan khotbah. Ini ajakan untuk tetap melakukan apa yang benar walau kondisimu lagi susah.
Padahal waktu kami sedang susah-susahnya, saya rasa tak seorang pun akan menghakimi kalau kami tidak memberi perpuluhan dalam keadaan seperti ini. Bahkan hampir rasanya Tuhan pun tak akan menuntut. Namun kami tetap memberi perpuluhan dengan rela.
Kak Jerry juga pernah menuliskan pengalaman yang mirip saat kehabisan uang, tulisannya berjudul, “Dimana Tuhan Ketika Uang Sudah Habis”.
Walau keadaan rasanya “mengijinkan” untuk mangkir tindakan iman atau muncul argumen “kasih karunia, kita tidak hidup di bawah Taurat”, hidup keluarga saya sudah membuktikan kalau lebih baik untuk tetap melakukan yang benar dalam iman daripada mencari pembenaran-pembenaran.
For me and my family, it’s simple: When we really truly love God, we make him our priority in everything!
Memberi kepada Tuhan adalah prioritas, karena kita mengasihi Tuhan. Bukan hanya uang, tapi juga bagian-bagian kecil dalam hidup kita: waktu doa, sehari untuk beribadah dan melayani, dll.
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” – Maleakhi 3:10.
Firman Tuhan mengenai perpuluhan dalam kitab Maleakhi tidak dinyatakan ketika Israel sedang dalam masa kejayaan. Sebaliknya, mereka justru berada dalam masa krisis, baik secara rohani maupun jasmani. Bangsa Israel berada dalam penjajahan akibat dosa mereka sendiri. Namun justru pada masa itulah mereka dipanggil untuk hidup kembali kepada Tuhan, mengasihi Dia lebih dari apapun!
Mengenai argumen tidak berada di bawah hukum Taurat, bagi saya dan keluarga, argumen ini berarti kita TETAP melakukan Firman Tuhan, karena perjanjian baru bukan mengajarkan untuk TIDAK melakukan Firman, melainkan untuk tetap melakukannya tapi dengan alasan berbeda – yaitu karena cinta akan Tuhan! Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak melakukan bagi kami!
Hidup di dalam anugerah Tuhan berarti menjalankan setiap bagian kehidupan di dalam takut akan Tuhan, termasuk hal keuangan. Dengan anugerah Tuhan, kita justru dapat mengerti dan menggunakan uang dalam cara yang berkenan kepada Tuhan.
Bagaimana orang bisa ngomong “mempersembahkan seluruh hidup kepada Tuhan” kalau sepersepuluh saja tidak rela persembahkan?
Sekarang 2018 dan saya sudah menikah. Dalam persiapan menikah juga bukan perkara ringan bagi kami. Meskipun tampaknya sederhana, kami tidak punya cukup uang untuk semuanya sekaligus: restaurant, gaun, make up, fotografer. Tapi kemudian tiba-tiba bisa ada tiga gaun gratis dari sahabat mama dan kami seperti mendapat hikmat untuk mengatur uang sehingga semua biaya restaurant, fotografer dan make up pun tertutup.
Satu firman ini berbicara ke saya:
“Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?” – Matius 6:28-30.
Lebih sudah sepuluh tahun kami sekeluarga berkomitmen untuk menunjukkan kasih kepada Tuhan melalui persembahan perpuluhan, walaupun dilanda krisis ekonomi.
Yang terjadi bukanlah kekurangan atau kemelaratan, melainkan pertumbuhan.
Kami bertumbuh menjadi lebih berani menghadapi krisis.
Lebih berani menghadapi hidup dalam anugerah.
Lebih berani dalam memberi kepada Tuhan dan sesama tanpa perhitungan.
This is our real story. It’s time make your story with God now.
Ci saya mau nanya terkait perpuluhan ini, apakah perpuluhan boleh kita berikan bukan kegereja atau aktivitas perkabaran inji?misalnya dengan mengalihkan dana perpuluhan kita kepada keluarga kandung kita yang memiliki kesulitas ekonomi untuk biaya kehidupan mereka?
Halo Desi.
Sejauh yang saya mengerti, perpuluhan adalah uang yang kita kembalikan untuk Tuhan, ke rumah Tuhan, seperti yang dituliskan di Kitab Maleakhi.
Perpuluhan bukan untuk manusia.
Maleakhi 3:8 (TB) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
Jadi jelas menurut saya persembahan persepuluhan dan persembahan khusus harus dibedakan. Tidak bisa disamakan atau dicampuradukkan. Perpuluhan mestinya tidak kita ganti dengan jenis persembahan yang lain.
Persembahan khusus berbeda dengan perpuluhan.
Persembahan khusus contohnya seperti yang kamu sebutkan:
– untuk pekabaran injil atau dikenal juga dengan persembahan misi
– untuk mereka yang terlibat kesulitan ekonomi, dikenal juga dengan persembahan diakonia
Sedangkan untuk anggota keluarga, apalagi yang kandung, tidak bisa dikategorikan sebagai persembahan, melainkan sebuah bakti kepada keluarga.
1 Timotius 5:4 (TB) Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.
Semoga cukup jelas ya.
Tuhan memberkati!
AMEN! i’m being reminded in many ways. Thanks for sharing.
You’re welcome, Miss G.
God bless you!
Sungguh … saya daridulu tdk pernah memberi perpuluhan dan sejak saya ikut di GBI baru saya sadar pentingnya perpuluhan karena seringkali diingatkan saat ibadah oleh gembala…tulisan pengalaman yg sangat luar biasa…terima kasih sharingnya
Sama2. Terima kasih juga untuk sharing ya, Very 🙂
Thank you for the reminder..very inspiring..
You’re welcome, Fera 🙂
Sy sangat menyaksikan kemurahan dan pemeliharaan Tuhan dlm hidup sy..ketika sy hidup sebatang kara..dan lagi off kerja.tapi sy tdK pernah kekurangan atau meminta-minta.sll saja ada berkat Tuhan asal kita setia dlm memberi perpuluhan kpd Tuhan.bhkan disaat kekurangan pun sy memberi.kr smua milik kita di dunia ini adalah milik Tuhan.dan Tuhan akan sll memelihara kita sbg anak Nya..sy tdk pernah berkekurangan smua dicukupkan di dlm Tuhan.
Terima kasih untuk kesaksiannya, Alin 🙂
Hallo,,,,seandaix gaji suda dpotong kredit klw gt persepuluhanx di itung sisa gji atau total gji brsih???? Mksih. Mohon pencerahan
halo Indra,
Ketika Yakub bernazar kepada Tuhan tentang persembahan ini, dia berkata, “Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” (Kejadian 28:22)
Bukankah uang yang dipotong untuk kredit adalah bagian dari seluruh penghasilan kita? Demikian juga persepuluhan adalah sepersepuluh dari seluruh penghasilan kita.
Semoga cukup mencerahkan 🙂
Jika saya lebih nyaman diberikan langsung kepada janda duda yatim piatu tanpa melalui gereja apakah salah?
Sekali lagi, persembahan persepuluhan adalah untuk Tuhan. Berikanlah apa yang menjadi milik Tuhan kepada Tuhan.
Persepuluhan bukan tentang kenyamanan diri kita, melainkan tentang menaati dan mengasihi Tuhan. Juga supaya gereja Tuhan dibangun.
Saya harap kekecewaan kita terhadap manusia berdosa yang menyalahgunakan persembahan persepuluhan di gereja tidak menjadi alasan bagi kita untuk mengalihkan atau bahkan tidak memberi persembahan persepuluhan sama sekali.